Tana Toraja, sekilas mendengar namanya
pemikiran saya tertuju pada pesona eksotika alam yang diperkaya dengan
adat istiadat yang menawan. Rumah adat Tongkonan, upacara adat yang
meriah juga tebing-tebing tinggi yang diatasnya menggantung peti-peti
jenazah. Lalu saya pun menerka-nerka mengapa disebut Tana Toraja? Yang
terlintas dalam pikiran saya adalah mungkin dahulunya, tempat ini
merupakan tanah para raja. Bagaimana tidak? Dalam upacara pemakaman
jenazah, yang disebut upacara Rambu Solo’ banyak serangkaian ritual yang
bisa dikatakan rumit dan tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar.
Tak heran upacara adat pemakaman jenazah menjadi tontonan menarik.
Sebenarnya Tana Toraja ini berasal dari kata “To
Riaja” (To= Orang , Riaja = diatas bagian Utara, dataran tinggi)
julukan dari orang-orang Bugis yang bermukim di dataran rendah pada awal
abad ke-17. Kabupaten yang terletak sekitar 350 km dari utara Makassar
ini, menyimpan beragam keunikan budaya dan adat istiadat yang masih
terpelihara sejak zaman dahulu. Selain rumah adat dan upacara adat,
ternyata ukiran kayu khas Toraja tak kalah unik dan menarik.
Ukiran kayu khas Toraja yang dinamakan Pa’ssura (tulisan) merupakan
perwujudan budaya Toraja karena telah menjadi keseharian orang Toraja.
Pada mulanya, ukiran Toraja dipahatkan pada media kayu yang tampak
menghiasi rumah adat Tongkonan dan berbagai perkakas ritual adat suku
Toraja. Namun, seiring dengan waktu ukiran Toraja merambah media lain,
seperti kain yang dibordir dan juga kain batik.
Motif yang dibuat mengandung makna hubungan masyarakat Toraja dengan pencipta-Nya, dengan sesama manusia (lolo tau), ternak (lolo patuon), dan tanaman (lolo tananan). Warna yang dominan digunakan adalah merah, putih, kuning dan hitam.
Pada dasarnya motif ukiran Toraja berpola
geometris dan abstrak. Setiap pola memiliki nama dan kisahnya
tersendiri. Motif-motif tersebut melambangkan keagungan, kebajikan,
kesuburan, harapan dan lain-lain. Semisal, motif Pa’Barre Allo (matahari) yang dapat ditemui di pucuk Tongkonan, melambangkan kebesaran dan keagungan Toraja.
Saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari
67 jenis ukiran khas Toraja dengan aneka motif dan warna. Ukiran Toraja
selain sebagai perlambangan atau menggambarkan simbol-simbol tertentu,
juga merupakan suatu seni yang tetap terpelihara hingga kini. Hal ini
didukung dengan prosesi ritual upacara adat yang tetap kukuh memegang
nilai-nilai tradisi. Ini merupakan cerminan bahwa masyarakat Toraja amat
menghargai peninggalan dan tradisi nenek moyang.
Pelestarian harus terus dilakukan! Tak
hanya oleh masyarakat suku Toraja sendiri, namun pelestarian kekayaan
seni dan budaya Toraja sebagai salah satu ragam budaya Indonesia perlu
didukung oleh seluruh warga negara Indonesia. Dengan menjadikan Tana
Toraja sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi dan tak lupa
berburu oleh-oleh khas Toraja, termasuk ornamen ukiran Toraja yang unik
dan mengandung nilai-nilai filosofis.
Memang, ukiran khas Toraja kini dapat
ditemui di beberapa wilayah di Indonesia . Namun, tak ada salahnya
berkunjung langsung kesana untuk melihat secara langsung dekorasi ukiran
pada Tongkonan lengkap dengan serangkaian ritual prosesi upacara adat
yang diiringi lantunan seni musik dan tari khas Toraja.
Maka, tak ada alasan untuk tidak mengunjungi Tana Toraja, tanah para raja.Sumber : http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/12/24/ukiran-kayu-keunikan-lain-dibalik-tana-toraja-519290.html
0 komentar:
Posting Komentar