Rabu, 10 Maret 2010

Kaligrafi Grabak Tembus Sumatera dan Sulawesi

10 Maret 2010 | 23:08 wib | Daerah

image

Magelang, CyberNews. Rumah produksi CV Sari Agung Perkasa (SAP) di Dusun Paingan, Desa Kleteran, Kecamatan Grabak terbilang sederhana. Saat Suara Merdeka berkunjung, Rabu (10/3) siang, dinding bangunan pabrik hanya terbuat dari seng yang dicat warna merah hati.

Tak ada gedung megah maupun mobil mewah milik manajer perusahaan yang berjejer rapi. Jalan menuju pintu masuk pabrik juga hanya jalan tanah yang becek akibat hujan yang kerap mengguyur Grabak. Sejumlah sepeda motor milik karyawan tampak diparkir di sela tumpukan bingkai kayu ukir yang belum selesai dibuat.

Namun jangan ragukan kerajinan kaligrafi berbahan baku kuningan yang dikembangkan Wardoyo itu. Setiap bulan, indutri rumahan yang dibangun pria kelahiran 1960 ini mampu menghasilkan paling tidak 1.200 buah kaligrafi dan berbagai lukisan. Karyawan yang diperkerjakan juga cukup banyak. Dari data bagian kepegawaian, Wardoyo memperkerjakan sebanyak 723 orang karyawan. Mereka digaji dengan standar yang cukup tinggi, melebihi perusahaan besar.

Kaligrafi ini selanjutnya dikirim ke puluhan kota di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Untuk pemasaran, Wardoyo membentuk 31 tim di mana setiap tim terdiri 12 orang. Setiap tim ini dipasrahi pemasaran kaligrafi kuningan di satu kota.

Mereka disebar mulai Bandar Lampung, Jambi, Palembang, Medan, Binjai, Bengkulu, Riau bahkan sampai Banda Aceh. Untuk kota-kota besar di Sulawesi hampir semuanya ada tim marketing Wardoyo. Sementara untuk pulau Kalimantan hanya kota Pontianak yang belum dimasuki. Di luar Pontianak, kaligrafi karya mantan tukang servis elektronik di Pasar Rejowinangun ini laris manis.

Ya, pemasaran kerajinan kaligrafi yang dibangun Wardoyo sejak 6 tahun lalu itu memang sudah meluas. Hal ini membuat bagian produksi sampai kewalahan memenuhi permintaan. Padahal kaligrafi tersebut tidak dijual dengan harga murah. Wardoyo mematok harga antara Rp 800 ribu sampai Rp 3 juta tergantung ukuran dan kualitasnya.

Untuk bahan baku, pria yang pernah bekerja sebagai kontraktor di Pulau Dewata Bali selama 3 tahun ini memang memilih bahan pilihan. Hal ini dilakukan agar kaligrafi tersebut tahan lama sehingga digemari konsumen. "Saya memberikan garansi 2 tahun, jika rusak bisa ditukar atau dikembalikan. Saya juga berani mengatakan bahwa kaligrafi ini akan tahan 20 tahun," kata jebolan SMA yang mengaku otodidak ini.

Menurut Wardoyo jaminan perlu diberikan untuk menjamin kepercayaan konsumen. Saat mereka puas, maka diyakini famili maupun kolega pembeli akan ikut membeli kaligrafi karyanya ketimbang karya perusahaan lain.

Tak jarang, para pembeli dari ketiga pulau tersebut langsung menelpon dirinya untuk mengajukan complain maupun sekedar bertanya-tanya. Wardoyo sampai menyiagakan hpnya selama 24 jam untuk menampung keluhan tersebut.

Dengan cara ini, Wardoyo berhasil mematahkan mitos bahwa membuka usaha harus memiliki modal besar dan skill. Dengan modal pas-pasan dan kemampuan minim nyatanya ia mampu mengembangkan usaha rumahan yang beromzet milyaran rupiah.

"Bagi saya yang terpenting adalah niat. Saya selalu menanamkan pada diri sendiri jika orang lain bisa maka saya juga bisa. Ketika melihat orang lain sukses saya ikut mencobanya dan ternyata saya juga bisa. Semua ini buah kerja keras dan coba-coba," kata dia.

( MH Habib Shaleh / CN13 )http://suaramerdeka.com

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar pada blog ini

AdBrite