TEMPO Interaktif, Jakarta - Cestya memasang muka cemberut ketika Hanafi, kekasihnya yang baru pulang bertugas dari Jerman, tidak membawa hadiah apa pun untuknya. Padahal, sebelum berangkat, Hanafi berjanji memberinya oleh-oleh semua barang khas dari sana. Tapi wajah cemberut itu langsung berubah dengan senyuman manis, ketika kekasihnya mengajak Cestya ke Plaza Senayan.
"Akhirnya aku dibeliin gantungan kunci lucu berbentuk boneka dari logam dan mobil-mobilan mini khas industri Jerman. Semua asli dari sana, aku jadi tidak marah lagi padanya," kata Cestya sambil menatap mesra ke wajah pacar tercintanya.
Hanafi membalas dengan tersenyum kecil. Dia bersyukur, setelah menelepon seorang teman yang memberi tahu ada toko cendera mata Troika di pusat belanja yang berlokasi di kawasan Senayan, Jakarta, problemnya teratasi.
Di Jakarta, gerai cendera mata yang menjual cendera mata dan pernak-pernik kebutuhan alat tulis kantor dan lainnya bukan hal baru. Jika Anda rajin menyambangi ITC Ambassador, Plaza Semanggi, Mal Kelapa Gading, dan sebagainya, toko model seperti itu tak sulit dijumpai.
Menurut Marselina Simon, pemilik Troika, ia sengaja menghadirkan toko cendera mata ini sejak November tahun lalu di Grand Indonesia, Jakarta. Dengan mengusung lisensi toko berikut isinya dari Jerman, wanita yang biasa disapa Seli itu mengatakan sambutan masyarakat terhadap toko cendera matanya sangat bagus.
"Sukses di Grand Indonesia membuat saya meluncurkan toko di Plaza Senayan pada Februari ini. Saya melihat animo masyarakat dan gaya hidup urban kaum kosmopolitan selalu membutuhkan tempat begini," ucap Seli, yang sedang hamil tua.
Tapi Seli punya pertimbangan sendiri ketika mendirikan gerainya yang berbentuk sederhana dengan luas berkisar 3 x 3 meter tepat di pintu masuk lantai tiga Plaza Senayan. Begitu keluar dari pintu lift atau naik melintasi eskalator, gerainya dengan mudah ditemui.
Menurut dia, sederhana saja membuat gerai seperti ini. Alasannya, setiap orang yang datang ke pusat belanja selalu mencari pusat perhatian yang paling menarik dan paling dekat areanya. "Saya yakin, gerai ini mudah dicari dan diingat. Bentuknya minimalis-modern serba terbuka dan memakai etalase kaca. Jadi bukan toko tertutup," ujarnya, medio Februari lalu.
Dengan bentuk gerai seperti itu, Seli yakin akan memberikan rasa nyaman ketika pengunjung yang sedang menunggu untuk bertemu dengan seseorang bisa melintas atau melihat-lihat gerainya sejenak. "Kalau di toko tertutup terkesan serius, mungkin agak jengah bila hanya mau melihat-lihat tanpa membeli sesuatu," tuturnya.
Seli pun menerangkan, gerainya menjual segala pernik kebutuhan cendera mata, seperti gantungan kunci, dompet, kotak kartu nama, pulpen, miniatur mobil, pesawat, kapal yang biasa dipasang di atas meja kerja, hingga kotak sebagai tempat peralatan kerja. Lalu, pernik alat tulis kantor, seperti pulpen, klip, dan selotip. "Kebutuhan pernik ini menjadi kebutuhan fungsional dan gaya hidup yang kian dicari dan digemari masyarakat zaman sekarang."
Seli menjelaskan, Troika pertama kali hadir di Inggris. Namun, pada 1992, pendirinya, Liudger Boell, memindahkan Troika ke Muenchengladbach, Jerman, yang hingga kini menjadi pusatnya. Sekarang gerainya terus menyebar luas ke lebih dari 50 negara, termasuk Indonesia. "Di sini kami menghadirkan keunggulan desain yang berkualitas tinggi. Bahan baku cendera mata, mulai metal, kulit, hingga baja putih dengan harga mulai Rp 165 sampai 600 ribu."
Toko ini berikut aneka produknya sudah memperoleh beberapa penghargaan dari lembaga cendera mata dan alat tulis di Eropa dan Amerika. Seli pun menuturkan, keunikan pernik cendera mata gerainya selalu terdapat penjelasan menarik atau ada behind the story yang disesuaikan dengan gaya hidup. Misalnya pada cendera mata traktor miniatur menyelipkan cerita yang memaparkan semangat kerja di kawasan pertambangan di Jerman dan beberapa negara di Eropa. Traktor mini terbuat dari baja putih ini dirancang dengan kekukuhan, yang bermakna semangat para pekerja tambang.
"Kami pun menyelipkan teknologi. Traktornya kami buat mesin pengangkut di bagian atasnya bisa elastis mengangkat beban dari jarak pendek hingga terangkat jauh. Kalau di kantor bisa dipakai untuk meletakkan kelip atau penjepit kertas. Sangat modern dan trendi," ujar Seli sambil memperlihatkan kotak kartu nama yang terbuat dari kulit dan baja putih yang sepintas seperti dompet tipis terlipat. Ketika disentuh, pembukanya secara otomatis membentuk kotak indah sangat fungsional.
Seorang pembeli yang sejak tadi mengamati cendera mata di sini berbisik, "Sayang, ya, gerainya terbuka, sehingga kesan produk dari luar negerinya tidak terasa eksklusif. Kalau saja dibuat serius dan khusus dalam ruang tertutup, seperti Mountblanc, Waterman, Cartier, St. Dupont, tentu jadi berasa elegan dan glamornya." Rentetan kata itu seperti kritik yang tak puas atas penampilan toko yang terkesan sederhana tersebut.
HADRIANI P
Minggu, 07 Maret 2010
Yuk, Berburu Cendera Mata yang Tak Biasa
Sabtu, 06 Maret 2010 | 10:39 WIB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar