ENTAH sadar atau tidak, Indonesia mulai mendapatkan “serbuan” Cina. Bukan dalam artian sesungguhnya, tetapi dari sisi perekonomian. Produk Negeri berjuluk Tirai Bambu itu, mulai dari elektronik, pakaian, hingga produk rumah tangga mendominasi pasar di Indonesia khususnya Sumsel. Para pengamat mengatakan, serbuan itu dampak dari perdagangan bebas antara negara-negara Asean dengan Cina yang harus dijalankan.
Oleh Hendra Kusuma LIHAT saja di pasar 16 Ilir atau di beberapa pasaraya, Tidak sulit menemukan produk-produk khas buatan Cina. Uniknya, buatan Cina menyamai beberapa produk keluaran negara tetangga yang sudah eksis. Lebih mencengangkan lagi, mampu meniru produk tanah air, bahkan lebih khususnya buatan lokal Sumsel.
Untuk membuktikan magis produk Cina ini, mari kita berkeliling, sedikit berdesak-desakan dan mau mengeluarkan peluh di pasar 16 Ilir. Banyak didapati barang buatan Cina dengan mudah.
“Cari baju model terbaru mudah kita dapat di Pasar ini. Kalau di Mall bajunya mencapai Rp 120 ribu. Tetapi di sini hanya Rp 55 ribu,” ujar Diah (17), Jumat (26/2).
Bukan hanya baju, jaket, celana, dan sepatu yang didapatkan dengan harga murah. Ambil contoh kecil, centong nasi dari kayu. Centong nasi yang bentuknya mirip dengan centong buatan warga Ogan Ilir ini dijual lebih murah yakni Rp 5.000. Sementara centong buatan lokal Rp 7.000. Produk ini tentu lebih menarik minat warga, meski kualitas kerajinan tangan lokal lebih baik.
Begitu juga pas bunga, bunga buatan, dan boneka-boneka kecil. Kepandaian perusahaan Cina mengemas produk, meniru bentuk aslinya dan menjualnya lebih murah menjadi daya pikat pembeli.
Hasil pantauan Sripo selama dua hari berturut-turut, sedikitnya membuat mata kita terbuka betapa hebatnya serbuan produk Cina di pasaran. Lebih miris lagi, hanya sedikit menemukan kerajinan tangan khas lokal seperti centong nasi, pisau pemotong, dandang atau kuali dan boneka buatan lokal. Semuanya terdesak produk Cina.
Puas berkeliling di pasar 16 Ilir, mari kita beranjak ke pingiran Mall atau masuk ke dalamnya. Perhatikan ke gerai-gerai ponsel. Lagi-lagi produk Cina menarik minat pembeli.
Seperti produk Beyond atau Nexian misalnya. Pertama kali produk ini diluncurkan, ribuan pembeli rela antrian panjang.
Andry (18) warga 15 Ulu misalnya, pertama kali produk itu muncul ia harus rela antrian panjang. Rasa penasaran membawanya ingin mendapatkan produk buatan Cina itu. “Awalnya saya tidak tertarik. Namun melihat teman-teman begitu asyik mengotak-atik ponsel itu dan membuka situs atau web, akhirnya saya tertarik dan membelinya,” kata Andry.
Minat akan ponsel Beyons-68 dibenarkan Widuri, Staf CV Ladas mengaku ponsel Beyond-68 baru dilaunching Selasa (12/1) lalu. Penjualannya sangat fantastik. Dalam satu hari ponsel ini terjual ratusan unit. Bahkan dalam setengah hari pameran terjual lebih dari 300 unit.”Pembeli rela antrian untuk mendapatkan produk ini,” ujar Widuri.
Dia menjelaskan tingginya minat konsumen terhadap ponsel ini karena berharga murah, tetapi dilengkapi tampilan yang mirip black barry dengan fasilitas seperti, Bluetooth, GPRS, wAP. MMS, Support Tf Card, Yahoo Mesangger, E-Buddy, Facebook, Twitter bahkan juga dilengkapi Kamera, FM radio, MP3,MP4 video Player dan didukung 3D Surround speaker. “Fiturnya lengkap dan murah sebagai daya tariknya,” kata Riri.
Itu baru sebagian kecil saja. Kemajuan industri Cina terus mengalami peningkatan. Terutama untuk produksi kendaraan seperti, mobil dan motor. Beberapa dealer motor misalnya berani menggunakan merk produk buatan Cina. Motor ini habis terjual karena harganya terjangkau.
Seperti diungkapkan penggunanya, Irman (20) warga Banyuasin, meski kualitas belum tentu secanggih produk lain yang sudah teruji. Tetapi tampilannya yang menyamai merk terkenal seperti Honda dan Yamaha.”Karenanya saya tertarik, meski kualitasnya tidak sama dengan produsen yang sudah terkenal,” urai Irman yang menggunakan sepeda motor produk Cina sejak 2 tahun lalu.
Inovasi cerdas lainnya adalah peluncuran Sedan Chevrolet Cina produksi General Motors (GM) Shanghai menyodorkan produk terbaru sedang Chevrolet dengan harga dari Rp 77.280.000 hingga Rp 93.000.000. Sedan ini mulai diperkenalkan dengan nilai tambah tak kalah menarik, yaitu konsumsi bahan bakar yang irit dan standar emisi gas buang Tahap IV Cina (sama dengan Euro4). Nama sedan kompak 4 pintu tersebut yaitu Chevrolet New Sail yang dipasarkan dalam 5 varian.”Dengan New Sail, GM menentukan standar baru untuk segmen mobil kecil bawah. Tentunya tetap mengikuti standar global Chevrolet. New Sail akan diekspor untuk menguji kemampuan produk yang dikembangkan di Cina di negara lain,” ujar President dan Direktur Pengelolah GM Cina Group, Kevin Wale seperti dikutip kompas.com.
Imbas Pasar Bebas
Kepala Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumsel, Ahmad Rizal mengatakan, perdagangan bebas itu tidak bisa dihindari baik Indonesia maupun Sumatera Selatan (Sumsel), karena era itu tetap datang. Dampaknya produk-produk lokal akan tergilas oleh produk luar, perlahan tapi pasti industri kecil hingga besar akan terganggu bahkan mungkin tutup bila tidak kuat. “Tapi itu lah kenyataan, Kita harus menghadapinya. Lima tahun ke depan pasti akan merasakannya Kalau tidak mau berubah maka kita akan terus tertinggal,” ungkap Ahmad Rizal, Sabtu (27/2).
Menurut dia, agar produk Indonesia dapat bersaing dan dicintai warganya, pemerintah harus melakukan perubahaan besar-besaran. Selama ini yang menjadi penghambat majunya industri dalam negeri. Adanya Perda tumpang tindih dan banyaknya pungli yang dilakukan aparat di jalan-jalan. Begitu pula dengan layanan satu atap atau layanan terpadu yang hanya slogan semata yang banyak dikeluhkan dunia usaha dan investor. “Termasuk juga suku Perbankan yang tinggi. Berbeda dengan negara tetangga di mana suku bunganya lebih rendah. Belum lagi kualitas sumber daya manusia (SDM) yagn dirasakan masih rendah dibandingkan negara lainnya,” ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar